Sabtu, 05 Februari 2011

Panggilan Samuel dalam Hidup Keluarga Kristiani


Memaknai Panggilan Samuel dalam Hidup Keluarga Kristiani
1 Samuel 3:1-21

(9Berkatalah Eli kepada Samuel; “Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil engkau, katakanlah: Berbicaralah sebab hamba-Mu mendengar”)
Keluarga merupakan tempat atau wadah dalam mendidik dan menumbuh kembangkan iman anak.  Keluarga juga merupakan akar kehidupan Gereja, masyarakat dan Bangsa (GS, 47). Di dalam keluargalah iman anak-anak ditanami disirami, dipupuk, dan dijaga melalui kebiasaan hidup doa, baca Kitab  Suci, dan berkumpul bersama, serta  mengajarkan keutama-keutamaan iman Kristiani bagi mereka sehingga pada akhirnya Gereja dapat memetik buah-buah panggilan dalam keluarga.
            Kali ini saya ingin mengajak para keluarga Kristiani untuk memaknai panggilan Samuel di dalam keluarga, “Bebicaralah sebab hamba-Mu mendengar”(1 Sam 10). Inilah jawaban atau tanggapan Samuel saat mendengar panggilan. Tuhan memanggil Samuel saat dia tertidur bahkan sampai tiga kali Tuhan memanggil Samuel. Dalam kisah panggilan Samuel (1 Sam 3:1-21), ternyata ada juga Eli. Eli adalah bapak dari Samuel yang harus mengalami kebutaan dalam hidupnya karena dihukum Tuhan. Namun didalam kebutaanya, Eli dapat melihat dengan mata batin bahwa Tuhanlah yang memanggil Samuel.
            Sungguh menarik sekali cerita di atas, karena dikisahkan tentang panggilan Samuel untuk kali pertama dalam hidupnya. Dimensi manusiawi dari kedua tokoh “Eli dan Samuel” sangat tampak. Disatu sisi Eli dan keturunanya dihukum oleh Tuhan, tetapi mengapa Tuhan datang kepada keluarga Eli melalui anaknya Samuel.
            Lalu apa makna rohani yang dapat diambil dari kisah panggilan Tuhan kepada Samuel; yakni  kemauan Samuel mencari dari mana asal panggilan itu, totalitas dari pribadi Samuel yang menjawab spenuhnya panggilan Tuhan, Samuel mengetahui bahwa yang memanggil dia adalah Tuhan melalui Eli.
            Pertanyaan  mendalam  yang dapat kita refleksikan dalam keluarga, apakah kita mau terus menerus mencari Tuhan dalam hidup kita dan berusaha mendengarkan panggilanya?apakah kita sudah menjawab panggilan Tuhan seperti halnya yang dilakukan Samuel? sebagai orang tua, apakah kita akan memberi pengajaran dan nasehat kepada anak didik kita sampai kepada pengenalan akan Tuhan seperti yang dilakukan oleh Eli terhadap anaknya?
            Ternyata dari peristiwa panggilan Tuhan kepada Samuel, telah mengubah satatus hidup Samuel, dia menjadi seorang Nabi yang dipercayakan oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan-pesan kepada umat kesayangan-Nya. Kita tahu bahwa seorang nabi adalah juru bicara Tuhan atau perantara Tuhan kepada umat yang dikasihi-Nya.
            Belajar dari panggilan Samuel, lalu hal apa yang harus diterapkan dalam hidup keluarga? Pertama; Belajar dari pribadi Eli, walaupun dia buta secara fisik namun ternyata Eli lebih peka terhadap kehdiran Tuhan yang memanggil anaknya dalam artian, Eli lebih tahu tentang panggilan Tuhan jika dibandingkan Samuel. Ini mengandaikan kita sebagai orang tua yang mendidik anak harus lebih dahulu mengalami dan mengerti panggilan Tuhan. Dan peran orang tua juga harus mampu membawa anak-anaknya mengerti, memahami akan panggilan Tuhan melalui pengajaran-pengajaran nilai-niali hidup Kristiani. Kedua; Eli juga menerima apa yang harus  dialaminya, terungkap dalam ayat 18b “Eli berkata; Dia Tuhan, biarlah diperbuat-Nya apa  yang Dia pandang baik”. Kepasrahan Eli terhadap kehendak Tuhan inilah yang sungguh menarik sekali untuk direfleksikan bersama dalam keluarga. Ketiga; Belajar dari pribadi Samuel, yang mau mendengarkan dan menjawab panggilan Tuhan kepadanya. Ini mengandaikan para anak-anak harus mau mendengarkan pengajaran dari orang tua, dan juga guru agar kita mampu mengalami Tuhan dan mendengarkan panggilan-Nya. Keempat; Kita tahu bahwa Samuel masih muda namun dia sudah menjadi pelayan Tuhan dibawah pengawasan Eli. Kiranya ini menjadi catatan penting bagi kaum muda, utnuk mau memberi diri sebagai alat bagi Tuhan untuk mewartakan Injil-Nya ke seluruh dunia.
            Keempat inti sari dari kisah panggilan Samuel di atas kiranya dapat menjadi bahan reflaksi dalam keluarga kita. Supaya dapat membantu memupuk benih-benih panggilan hidup membiara di dalam keluarga. Gereja saat ini merindukan para pelayan-pelayan handal yang mampu menanggapi panggilan Tuhan dengan totalitas pribadinya,  Gereja merindukan Samuel-Samuel baru zaman ini. Melalui teladan Eli, kita sebagai orang tua harus mampu membawa anak-anak kita untuk mengalami, mendengarkan dan menanggapi panggilan Tuhan. Karena benih panggilan itu akan tumbuh dalam keluarga yang merupakan akar kehidupan Gereja, masyarakat, dan Bangsa.

Tidak ada komentar: